Materi Uas Filsafat ilmu


SOAL UAS MATAKULIAH FILSAFAT ILMU
Materi Uas Filsafat ilmu

1. Phylosophy of Science tumbuh dari confirmatory theories (positivisme), ke confirmatory theories dan theories of explanation (postpositivisme), dan lebih lanjut ke theories of explanation (postmodernisme)

1.1 Jelaskan perkembangan filsafat ilmu tersebut di atas

1.2 Jelaskan perbedaan dan persamaan antara Filsafat Barat, Filsafat Timur dan Sains Tauhidullah

1.3 Apa implikasi ontologi, epistemologi, dan aksiologi bagi tentatif tesis Anda

1.4 Apa persamaan dan perbedaan paradigma kualitatif dengan paradigma kuantitatif

1.5 Jelaskan keterkaitan antara latar belakang masalah, tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran

2. Dalam filsafat ilmu dapat diketahui kedudukan ilmu dalam pengetahuan, sifat dan asumsi dasar ilmu, komponen ilmu dan upaya membangun ilmu yang belum diketahui, serta memperbaiki ilmu yang diragukan kebenarannya. Upaya membangun dan memperbaiki kebenaran ilmu itu tidaklah dilakukan dengan semena-mena, melainkan dilakukan dengan prosedur tertentu menurut metode ilmiah yang berupa langkah-langkah sistematis. Metode ilmiah berupa langkah-langkah sistematis yang disebut metodologi penelitian.


2.1 Jelaskan perbedaan ilmu alamiah dengan ilmu sosial

2.2 Jelaskan pula sifat-sifat dan asumsi dasar ilmu tersebut

2.3 Jelaskan pula komponen-komponen pembangun ilmu

2.4 Proposisi sebagai pembangun teori atau ilmu dan jelaskan 10 macam proposisi (5pasang) linkage proposition serta lengkapi dengan contoh masing-masing

PENJELASAN

1.1 Perkembangan Filsafat Ilmu

· Era Pra Yunani Kuno


Pada era ini, perkembangan pengetahuan manusia diindikasikan oleh pengetahuan mengenai “apa” dan “bagaimana” (know how) yang diperoleh manusia melalui kemampuan yang mereka miliki yaitu : mengamati, membedakan, memilih dan kemampuan untuk bereksperimen yang dilaksanakan secara trial and error.

Pada masa ini berlaku konsep Homo Sapiens yaitu manusia selaku hewan yang berfikir, yang memiliki potensi berkreasi dengan penemuannya memanfaatkan sumber daya alam.

· Era Yunani Kuno

Dilihat dari terminologi Phylosophy yang berasal dari Yunani Kuno, jelaslah terlihat bahwa ilmu filsafat telah berkembang jauh sebelum dunia memasuki abad modern (masa kini). Beberapa filsuf, termasuk pencipta istilah phylosophy, bahkan hidup sebelum masehi. Diantara mereka terdapat nama Thales (624-548 SM), Anaximander (610-547 SM), Anaximenes (546 SM), Socrates (470-398 SM), Plato(429-347 SM), Aristoteles (384 – 322 SM) dan banyak lagi yang lainnya. Mereka masing-masing mewarnai filsafat dengan konsentrasi mereka masing-masing. Beberapa diantara mereka yaitu Thales,Anaximander serta Anaximenes merupakan penggiat dalam Filsafat Alam. Beberapa lagi seperti Socrates, Plato dan Aristoteles concern dalam Filsafat Manusia

Pada zaman ini, manusia tidak lagi menerima sesuatu dengan apa adanya. Mereka mulai mempergunakan rasio untuk meragukan dan mempertanyakan dengan menggunakan daya abstraksi yang didorong dengan kemampuan baru mereka yaitu : membaca, menulis dan berhitung. Era ini ditandai dengan mulainya terjadi kegaduhan ilmu akibat kebimbangan yang ditimbulkan oleh teori relativisme yang dikembangkan para filsuf sophis seperti Protagoras

· Era Abad Pertengahan

Di masa ini , bisa disebut terjadi pembalasan dendam terhadap era relativisme. Para filsuf memusatkan kebenaran pada kebenaran wahyu Tuhan (teosntrisme) dengan menampilkan tokoh-tokoh filsuf seperti Thomas Aquinas (1225-1274 M), serta filsuf-filsuf Islam yang berada dalam Masa Keemasan (Golden Age) seperti Al Khawarizmi, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd serta Jamaluddin.

· Zaman Modern

Sejarah pemikiran pada era ini dapat dibagi dalam tiga tahapan yaitu

~ Masa Modern Muda dengan tokohnya yaitu Nicolaus (1401-1446), Nicolao Bernardo Machiavelli(1469-1527), Gallileo Gallilei(1454-1642), Rene Descartes(wafat 1650), Benedict Spinoza(1632-1667), Francis Bacon(1561-1626), Gottfried Wilhelm Leibnitz(1646-1716), Thomas Hobbes(1588-1676), John Locke(1632-1714) serta Sir Isaac Newton(1662-1727)

~ Masa Aufklarung , yaitu gerakan pencerahan / enlightenment, memberikan pengaruh sangat besar terhadap kemerdekaan berfikir. Muncul pula pemikiran-pemikiran baru dalam bidang politik, kenegaraan, hukum, sastra dan pemikiran keagamaan. Pada masa inilah mulainya terpacu Revolusi Progressif sampai masa kini yang mendorong keinginan dan kehendak akan kemajuan intelektual. Aufklarung juga disebut-sebut memiliki keterkaitan dengan Revolusi Perancis dan Revolusi Amerika, yang produknya adalah timbulnya berbagai ideologi modern masa kini. Beberapa tokoh filsuf era ini adalah Diderot, D’alambert, Hegel Schopenhauer, Voltaire, dan JJ Rousseau.

~ Masa Aliran Idealisme dan Positivisme.

Pertama kali istilah positivisme digunakan dan disebarkan oleh August Comte di Perancis dan Vond Feurbuch di Jerman. Aliran ini menolak segala pemikiran theological, karena itu positivisme hanya menerima wujud kepastian. Positivisme menganggap bahwa ilmu pengetahuan adalah satu-satunya wujud dari kepastian.


· Zaman Filsafat Kontemporer ( Abad 20 )

Terdapat tiga aliran yang menonjol pada era ini yaitu :

Ø Aliran Positivisme, berupa puncak dari aliran empirisme dimana empirisme yang ekstrim dianggap sebagai kebenaran. Aliran ini dipelopori dan dikembangkan oleh August Comte,E.Littre,P.Laffitte,JS.Mill dan Spencer. Suatu ilmu dapat diakui apabila memiliki kriteria : eksplanotoris dan analitis, memiliki metode serta berlaku umum,tidak dibedakan dengan manusia lain maupun dengan alam sekitarnya. Dengan kata lain, aliran positivisme ditandai dengan tiga (3) hal yaitu : Kesatuan Ilmu(kesamaan paradigma), Kesatuan Bahasa dan Kesatuan Metode.


Ø Aliran Behaviorisme, menganggap manusia lebih dari sekedar benda mati. Tokoh utamanya adalah Cassirer yang menyatakan manusia merupakan makhluk simbolik karena mampu menjawab rangsangan dan tanggapan


Ø Aliran Postmodernism, merupakan filsafat mengenai science, pada alira ini science dianggap seakan sebuah agama.


Tahap pertama berupa confirmatory theories (Positivisme) menyatakan bahwa ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik. Positivisme ini tidak mengenal adanya spekulasi peneliti, semua kajian harus berdasarkan data empiris yang ditemukan. Aliran ini menolak spekulasi teoritis sebagai suatu sarana untuk memperoleh pengetahuan (seperti yang diusung oleh kaum idealisme, terutama idealisme Jerman Klasik). Positivisme merupakan puncak empirisme, yang dalam segi-segi tertentu sampai kepada kesimpulan logis ekstrim karena pengetahuan apa saja merupakan pengetahuan empiris dalam satu atau lain bentuk, maka tidak ada spekulasi yang dapat menjadi pengetahuan. Tempat utama dalam positivisme terletak pada sosiologi meskipun concernnya juga diberikan pada teori pengetahuan yang diungkapkan oleh August Comte dan tentang Logika yang dikemukakan oleh JS.Mill


Munculnya tahap kedua dalam perkembangan positivisme filsafat ilmu, berawal pada tahun 1870-1890an dan terkait dengan nama Mach dan Avenarius. Keduanya meninggalkan pengetahuan formal tentang objek-objek nyata yang objektif, yang merupakan suatu ciri dari positivisme pada awalnya. Dalam Machisme, masalah-masalah pengenalan ditafsirkan dari sudut pandang psikologisme ekstrim yang bergabung dengan subyektivisme.


• Perkembangan tahap terakhir berkaitan dengan lingkara Wina denga tokoh-tokohnya O.Neurath, arnap, chlick, Frank, dan lain-lain. Kelompok yang turut berpengaruh pada perkembangan tahap ketiga ini adalah Masyarakat Filsafat Ilmiah Berlin. Mereka menggabungkan sejumlah aliran seperti automisme logis, positivisme logis, serta semantika. Pokok bahasan tahap ketiga ini diantaranya tentang bahasa, logika simbolis, struktur penyelidikan ilmiah, dan lain-lain.


Post Modernism memiliki corak berupa Pola pikir modern, yaitu rasionalistik, fungsional, interpretatif dan kritis .Pendekatan posmo menolak rasionalitas yang digunakan oleh fungsionalis, rasionalis, interpretatif dan teori kritis ,Posmo menggantinya dengan perbedaan (differences), pertentangan (opposites), paradoks, dan penuh misteri (enigma) .


Prof.Dr.H.Endang Komara,M,Si menyebutkan dalam abstrak makalahnya yang menggunakan postmodern sebagai bahan kajian sebagai berikut :


“Postmodern in contemporary society with high technological media (high tech), transformation process and change that happened yield a new postmodern society arranged contradiction thinking, controversy, paradox, and dilematics. Hereinafter postmodern represent postmodernity era have attended new history phase and new sociocultural notching which need new theory and concept. Modernity in the form of technology like media and computer, new form of knowledge, and change of socio-economcs system yield materialization of postmodern society” (endangkomara’s Weblog,2009)

1.2 Perbandingan Filsafat Barat, Filsafat Timur dan Sains Tauhidullah

Sebetulnya penulis merasa sumir dalam mencari persamaan dan perbedaan diantara Filsafat Barat, Filsafat Timur dan Sains Tauhidullah dikarenakan penulis melihat ketiganya memang bersinggungan namun berjalan on their own may track. Sehingga penulis berpendapat untuk menuliskan perbandingan antara ketiganya dengan mengupas secara holistik.


Ø Filsafat Barat


Filsafat ini memang dikembangkan dan ditengarai hidup menjadi corak hidup di daerah western dunia ini terutama eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Dasar dari filsafat ini adalah teori – teori yang diwariskan dari orang Yunani Kuno. Menurut Takwin (2001) dalam pemikiran barat konvensional pemikiran yang sistematis, radikal dan kritis seringkali merujuk pada pengertian yang ketat dan harus mengandung kebenaran dari sisi logika. Aliran – aliran yang berkembang dalam konteks Filsafat Barat diantaranya Aliran Empirisme, Positivisme, dan filsafat analitik yang memberikan kriteria bahwa suatu pemikiran dapat dianggap filosofis apabila mengandung kebenaran korespondensi dan koherensi.


Korespondensi artinya sebuah pengetahuan dinilai benar jika pernyataan itu sesuai dengan kenyataan empirisnya. Sebagai contoh jika pernyataannya “air sungai mengalir” maka kebenaran terjadi apabila secara empiris indra kita menangkap kenyataan bahwa air di sungai memang mengalir. Jika ternyata air di sungai tidak mengalir, misalnya membeku, maka pernyataannya dianggap salah.


Koherensi berarti sebuah pernyataan dinilai benar apabila pernyataan itu mengandung koherensi logis, dalam artian dapat diuji dengan menggunakan logika barat.


Filsafat Barat secara sistematis mengkaji terhadap 3 (tiga) bidang kajian yaitu : (a)bidang kajian tentang keberadaan/being (ontologis), (b) mengkaji pengetahuan(epistemologis), (c) bidang filsafat yang mengkaji nilai-nilai menentukan apa yang seharusnya dilakukan manusia (aksiologi). Beberapa tokoh Filsafat Barat adalah Wittgenstein, Immanuel Kant, Rene Descartes


Ø Filsafat Timur


Dikembangkan di kawasan Asia seperti Tiongkok, India, dan daerah-daerah lain yang budayanya terpengaruh oleh negara-negara tersebut. Sebuah ciri yang menonjol pada Filsafat Timur adalah adanya pengaruh kuat dari religi yang terpadu dalam belief system penganutnya.


Filsafat Agama ini sebenarnya mirip dengan Filsafat Barat pada abad pertengahan diman segala pemikiran filsafat disandarkan pada aspek ketuhanan. Tetapi bagaimanapun di Dunia Barat Filsafat ‘an sich’ masih lebih menonjol daripada nilai-nilai agama. Beberap filsuf yang namanya muncul dari kawasan ini diantaranya seperti Lao Tze, Kong Hu Chu, Zhuang Zi,dan lain-lain.


Dikarenakan pengaruh agama yang begitu kuat, kadang menyebabkan logika menerima suatu axioma, maka pemikiran filsafat timur sering dianggap sebagai pemikiran yang tidak rasional, tidak sistematis, dan tidak kritis. Sebagai contoh, pada pemikiran Cina, sistematikanya berdasarkan pada konstruksi kronologis mulai dari penciptaan alam hingga meninggalnya manusia dijalin secara runut (Takwin,2001).


Ø Sains Tauhidullah

Biasa dikenal dengan istilah Filsafat Islam, menempati posisi yang unik dan istimewa. Majid Fakhri menilai filsafat Islam sebagai mata rantai diantara filsafat barat dan filsafat timur, sehingga filsafat Islam memiliki kesamaan di satu sisi dengan filsafat barat (dari akarnya, yaitu Yunani Kuno) dan sisi yang lain berimpitan dengan filsafat timur (dari sisi ketuhanannya). Kecenderungan ini didasari keyakinan bahwa filsafat Islam telah berakhir dengan wafatnya Ibn Rusyd. Pendapat ini ditentang oleh Henry Corbin dan Louis Massignon yang menilai adanya eksistensi filsafat Islam.


Namun sesungguhnya setidaknya ada dua pendapat mengenai hal ini.


Pertama, ada anggapan bahwa orang Eropa belajar filsafat dari filosof Yunani seperti Aristoteles melalui kitab-kitab yang ditulis ulang oleh St.Agustine (354-430 M) yang kemudian diteruskan oleh Anicius Manlius Boethius (480-524M) dan juga John Scotus. Pendapat ini dibantah oleh Hoesin(1961) yang menyatakan bahwa salinan buku Aristoteles yang berjudul Isagoge, Categories dan juga Porphyry telah habis diluluhlantakkan oleh pasukan Romawi seiring dieksekusi matinya Boethius. Hal ini dibuktikan dengan penulisan ulang yang dilakukan oleh John Salisbury, seorang Guru Besar di Universitas Paris, terhadap buku Organon karangan Aristoteles. Salisbury menyalin buku tersebut dari terjemahan yang menggunakan bahasa Arab, ini mengindikasikan Eropa saat itu tidak mempunyai lagi salinan karya Aristoteles (Haerudin,2003)


Kedua, dinyatakan bahwa para filsuf Eropa belajar filsafat dari buku-buku filsuf Yunani yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Al Kindi, Al Farabi , dan lain-lain. Dari anggapan ini, terpotret peran filsafat Islam yang begitu vital dan krusial dalam perkembangan filsafat ilmu.


Kartanegara (2006) meyakini adanya 4 aliran dalam filsafat Islam yaitu :periperatik, iluminasionis(israqi), irfani (tasawuf) dan aliran hikmah muta’aliyyah (teosofi transeden). Islam menempatkan Ilmu (al’ilm) sebagai hal yang utama, setidaknya dalam Al-Qur’an disebutkan lebih dari 780 kali kata tersebut. Bahkan salah satu ayatnya disebutkan “ walaa taqfu maa laisa laka bihi ‘ilmun” , Islam mensyaratkan ilmu untuk beramal. Dalam pandangan Allamah Faydh Kasyani dalam bukunya Al Wafi disebutkan :”ilmu yang diwajibkan kepada setiap muslim adalah ilmu yang mengangkat posisi manusia pada hari akhirat dan mengantarkannya pada pengetahuan tentang dirinya, Penciptanya, para nabiNya, utusan Alloh, umarro,sifat Tuhan, hari akhirat, dan hal-hal yang mendekatkan diri kepada Alloh”.


Dalam Sains Tauhidulloh, fenomena alam tidaklah berdiri tanpa relasi dan relevansinya adalah dengan kuasa Illahi. Dengan demikian, penelitian tentang alam semeste tidaklah ditujukan untuk “menciptakan” kebenaran, akan tetapi untuk mendorong kita untuk “mengenal” Tuhan dan menambah keyakinan tauhidulloh. Fenomena alam bukanlah suatu kebetulan ataupun hasil pemikiran seseorang, bukan pula berdiri independen sebagai realitas, namun tegas Islam mendeklarasikan bahwa fenomena alam tersebut adalah ayat-ayat, tanda-tanda kekuasaan Sang Pencipta. Fenomena Alam sebagai ayat-ayat Qauniyyah sangat erat kaitannya dengan Al-Qur’an sebagai ayat-ayat Qouliyyah.


1.3 Implikasi Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi bagi Tentatif Tesis


Secara tulus dan terbuka, penulis menyatakan saat ini belum siap untuk membahas mengenai Tesis yang akan penulis susun, even itu “hanya sekedar” tentatif. Hal ini penulis rasa penting untuk diungkapkan karena penulis memandang akan menjadi bias bahkan imaginatif apabila penulis memaksakan diri untuk membahasnya, meskipun penulis telah memiliki dan mempersiapkan tentatif tesis tersebut, namun masih terlalu mentah data yang akan disajikan. Dalam kesempatan ini izinkan penulis bermaksud untuk mengupas pandangan mengenai ontologi, epistemologi dan aksiologi. Pada kesempatan ini penulis mengambil contoh implikasi ontologi,epistemologi dan aksiologi bagi penyusunan tesis tentang PANCASILA,misalnya dengan judul “Peningkatan Kesadaran Berbangsa Siswa SMK Sangkuriang 1 Cimahi melalui Penerapan Nilai-nilai Luhur Pancasila Sebagai Dasar Penyusunan Tata Tertib Siswa “ ,sebagai berikut:

Ø Epistemologi


Bidang ini disebut juga teori pengetahuan, membahas mengenai sumber pengetahuan dan bagaimana pengetahuan itu diperoleh. Dalam kamusnya, Runes mengartikan epistemologi sebagai “ the branch of philosophy which investigates the origin, structure, methods and validity of knowledge”. Runes juga menyebut bahwa pencipta istilah epistemology adalah J.F.Ferrier pada tahun 1854 (Runes,1971:94)


Dengan mengkaji epistemologi dapat diketahui bahwa manusia memperoleh pengetahuan dengan tiga (3) cara, yaitu cara sains, cara filsafat, dan cara latihan rasa, namun secara umum semua pengetahuan itu sebenarnya diperoleh dengan cara berpikir benar(Tafsir,1990).


Kajian epistemologis Pancasila dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari hakekat Pancasila

sebagai suatu sistem pengetahuan (sumber pengetahuan*, teori kebenaran pengetahuan**,


watak pengetahuan***).


* : nilai-nilai yang ada pada bangsa Indonesia.


** : logisitas yang harmonis antara akal, rasa, dan kehendak manusia untuk memperoleh kebenaran yang tertinggi.


*** : Pancasila mendasarkan pandangan bahwa ilmu pengetahuan tidak bebas nilai


Ø Ontologi


Secara ontologis, kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui hakekat dasar dari sila-sila Pancasila. Hakekat dasar ontologis Pancasila adalah manusia karena manusia merupakan subyek hukum pokok dari sila-sila pancasila


Ø Aksiologi


Kajian aksiologi filsafat Pancasila pada hakekatnya membahas tentang nilai praksis atau


manfaat suatu pengetahuan tentang Pancasila. Aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa kita membahas tentang filsafat nilai Pancasila. Secara utuh Pancasila dapat dikatakan memiliki syarat sebagai sebuah sistem filsafat, disebabkan hal-hal berikut ini :


_ Sistematis, fundamental, universal, integral, dan radikal mencari kebenaran yang hakiki


_ Filsafat yang monotheis dan religius yang mempercayai adanya sumber kesemestaan yaitu Tuhan yang Maha Esa


_ Monodualisme dan monopluralisme atau integralistik yang mengutamakan ketuhanan, kesatuan dan kekeluargaan


_ Memiliki corak universal terutama sila I dan sila II serta corak nasional Indonesia terutama silan III, IV dan V


_ Idealisme fungsional (dasar dan fungsi serta tujuan idiil sekaligus)


_ Harmoni Idiil (asas selaras, serasi dan seimbang)


_ Memiliki ciri-ciri dimensi idealitas, realitas dan fleksibilitas


_ Sila-sila Pancasila merupakan satu kesatuan sistem yang bulat dan utuh (sebagai suatu totalitas)


Demikianlah implikasi ketiga bidang filsafat terhadap variabel, dalam hal ini adalah Pancasila.


1.4 Perbandingan Paradigma Kualitatif dengan Paradigma Kuantitatif


Lincoln dan Guba (1985) membeberkan pengertian paradigma menurut Patton,1978 sebagai berikut :


“ a paradigm is a world view, a general perspective, a way of breaking down the complexity of the real world. As such, paradigms are deeply embedded in the socialization of adherents and practitioners: paradigms tell them what is important, legitimate, and reasonable. Paradigms are also normative, telling the practitioner what to do without the necessity of long existensial or epistemological consideration. But it is this aspect of paradigms that constitutes both their strength and their weakness-their strength in that it makes action possible, their weakness in that very reason for action is hidden in the unquestioned assumptions of the paradigm” (Lincoln and Guba,1985)


Bogdan dan Biklen (1982 dalam Lexy J.Moleong,1989) menunjuk paradigma sebagai kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian.


Deddy Mulyana (2003) menyebut paradigma sebagai suatu ideologi dan praktik suatu komunitas ilmuwan yang menganut suatu pandangan yang sama atas realitas, memiliki seperangkat kriteria yang sama untuk menilai aktivitas penelitian, dan menggunakan metode serupa.


Fry (1981, dalam Ahmad Sonhadji, et al, 1996) membedakan secara rinci perbandingan antara paradigma penelitian kualitatif dan kuantitatif, seperti dapat dilihat dalam tabel berikut :


Paradigma Kualitatif


Paradigma Kuantitatif


Menganjurkan penggunaan metode kualitatif


Menganjurkan penggunaan metode kuantitatif


Fenomenologis dan verstehen dikaitkan dengan pemahaman perilaku manusia dari frame of reference aktor itu sendiri

Logika Positivisme. “melihat fakta atau kasual fenomena sosial dengan sedikit melihat bagi pernyataan subyektif individu-individu”


Observasi tidak terkontrol dan naturalistik


Pengukuran terkontrol dan menonjol


Subjective


Objective


Dekat dengan data, merupakan perspektif “insider”


Jauh dari data, merupakan perspektif “outsider”


Grounded, orientasi discovery, eksplorasi, ekspansionis, deskriptif, dan induktif


Tidak grounded, orientasi verifikasi, konfirmatori, reduksionis, inferensial dan deduktif-hipotetik


Orientasi pada proses


Orientasi pada hasil


Valid, data real, rich, dan deep


Reliabel, data dapat direplikasi dan hard


Tidak dapat digeneralisasi, studi kasus tunggal


Dapat digeneralisasi, studi multi kasus


Holistik


Partikularistik


Asumsi realitas dinamik


Asumsi relitas stabil


Dari tabel atas dapat terlihat bahwa penelitian kuantitatif memiliki perbedaan paradigmatik dengan penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif merupakan suatu penelitian yang analisisnya secara umum menggunakan analisis statistik. Penelitian kuantitatif dikembangkan oleh penganut positivisme yang dipelopori oleh August Comte. Aliran ini berpendapat bahwa untuk memacu perkembangan ilmu-ilmu sosial, maka metode-metode IPA harus diadopsi ke dalam riset-riset ilmu sosial (Harahap,1992). Karenanya, dalam penelitian kuantitatif pengukuran terhadap gejala yang diamati menjadi penting, sehingga pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan berstruktur (angket) yang disusun berdasarkan pengukuran terhadap variabel yang diteliti yang kemudian menghasilkan data kuantitatif. Berbeda dengan penelitian kualitatif yang menekankan pada studi kasus, penelitian kuantitatif bermuara pada survey.


Serupa dengan pendapat Fry di atas, Richard dan Cook (dalam Abdullah Fajar, 1992) mengemukakan perbedaan paradigma penelitian kualitatif dan kuantitatif sebagai berikut :


PARADIGMA KUALITATIF


PARADIGMA KUANTITATIF


Menganjurkan pemakaian metode kualitatif.


Bersandar pada fenomenologisme dan verstehen; perhatian tertuju pada pemahaman tingkah laku manusia dari sudut pandangan pelaku itu sendiri.


Pengamatan berlangsung secara alamiah (naturalistic) dan tidak dikendalikan (uncontrolled)


Bersifat subyektif


Dekat dengan data; bertolak dari perspektif dari “dalam” individu atau masyarakat yang diteliti.


Penelitian bersifat mendasar (grounded), ditujukan pada penemuan (discovery-oriented), menekankan pada perluasan (expansionist), bersifat deskriptif, dan induktif.


Berorientasi pada proses


Valid; data bersifat ‘mendalam’, ‘kaya’, dan ‘nyata.


Tidak dapat digeneralisasikan; studi di atas kasus tunggal


Bersifat holistic


Mengasumsikan adanya realitas yang bersifat dinamik


Menganjurkan pemakaian metode-metode kuantitatif.


Bersandar pada positivisme logika; mencari fakta-fakta dan sebab-sebab dari gejala sosial dengan mengesampingkan keadaan individu-individu.


Pengamatan ditandasi pengukuran yang dikendalikan dan blak-blakan (obtrusive)


Bersifat obyektif


Jauh dari data; bertolak dari sudut pandangan dari “luar”



Penelitian bersifat tidak mendasar (ungrounded), ditujukan pada pengujian (verification-oriented), menekankan penegasan (confirmatory), reduksionis,


inferensial, deduktif-hipotetik.


Berorientasi pada hasil


Reliabel; data ‘keras’ dan dapat diulang


Dapat digeneralisasikan; studi atas banyak kasus


Bersifat partikularistik


Mengasumsikan adanya realitas yang stabil


Ditinjau dari karakteristiknya, berikut adalah perbandingan Metode Kualitatif dengan Metode Kuantitatif (Lorraine Corner, 1991)


Suharsimi Arikunto dalam bukunya “Prosedur Penelitian” (2006) menegaskan bahwa antara penelitian kuantitatif dan kualitatif terdapat perbedaan yang sifatnya mendasar, meskipun beberapa hal juga memiliki persamaan.Secara garis besar, keduanya memiliki kejelasan unsur, penelitian dilakukan secara bertahap, menggunakan desain penelitian, ada data yang dikumpulkan serta dilakukannya analisis data. Dengan catatan, persamaan-persamaan tersebut dilakukan dengan cara yang berbeda dan kemudian menjadi faktor pembeda diantara keduanya.


1.5 Keterkaitan antara latar belakang masalah, tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran


Penelitian adalah suatu proses, yaitu suatu rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis guna mendapatkan pemecahan masalah atau mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tertentu. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian harus serasi dan saling mendukung satu sama lain, agar penelitian yang dilakukan itu memiliki bobot yang cukup memadai dan memberikan kesimpulan-kesimpulan yang tidak meragukan. Sumadi Suryabrata (1983) merinci langkah-langkah penelitian pada umumnya terdiri dari ;


1. Identifikasi, pemilihan, dan perumusan masalah


2. Penelaahan kepustakaan


3. Penyusunan Hipotesis


4. Identifikasi, klasifikasi, dan pemberian definisi operasional variabel-variabel


5. Pemilihan atau pengembangan alat pengambil data


6. Penyusunan rancangan penelitian


7. Penentuan sampel


8. Pengumpulan data


9. Pengolahan dan analisis data


10. Interpretasi hasil analisis


11. Penyusunan laporan.


Djadja Saefullah menyebutkan unsur Latar Belakang Masalah, Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran dalam penyusunan hasil penelitian. Secara rinci beliau menjelaskan tentang hal-hal berikut :


Ø Rumusan Masalah merumuskan masalah penelitian dengan memperhatikan :


· Menyatakan dengan jelas, tegas, dan konkrit masalah yang akan diteliti


· Relevan dengan waktu


· Berhubungan dengan suatu persoalan teoretis atau praktis


· Berorientasi pada teori (teori merupakan body of knowledge)


· Dinyatakan dalam kalimat tanya atau pernyataan yang mengandung masalah


Ø Kajian Pustaka (difokuskan pada penelitian sebelumnya)


Sebelum menyusun tesis dan disertasi, penulis tentunya telah mencari kemudian membahas terbitan-terbitan (publikasi) yang berhubungan dengan topik atau masalah penelitian. Untuk itu, literature review dari setiap terbitan/buku/publikasi yang dianggap relevan dibahas secara kritis, yang meliputi :

· Siapa yang pernah meneliti topik atau masalah itu


· Dimana penelitian itu dilakukan


· Apa unit dan bidang studinya


· Bagaimana pendekatan dan analisisnya


· Bagaimana kesimpulannya


· Apa kritikan terhadap studi itu


Ø Kerangka Pemikiran


Merupakan rangkaian penalaran dalam suatu kerangka berdasarkan premis-premis untuk sampai pada simpulan-simpulan yang berakhir pada hipotesis-hipotesis yang akan diuji secara empiris (kalau perlu ditampilkan dalam bentuk bagan alur pemikiran).


Dari penjelasan di atas, dapat dilihat rangkaian keterkaitan antara latar belakang masalah dengan tinjauan pustaka, tinjauan pustaka dengan kerangka pemikiran dan latar belakang masalah dengan kerangka pemikiran seperti berikut ini :


Dari flow chart di atas terlihat bahwa teori-teori yang dicantumkan dalam kerangka pemikiran merupakan teori-teori yang relevan untuk menjawab pertanyaan yang tercantum dalam rumusan masalah.


Informasi kepustakaan yang telah didiskusikan dan diungkap dalam kajian kepustakaan selanjutnya dipilih dalam kerangka pemikiran berupa teori-teori dasar maupun konseptual.


2.1 Perbandingan ilmu alamiah dengan ilmu sosial


Ilmu Alamiah atau sering disebut Ilmu Pengetahuan Alam dan akhir-akhir ini disebut juga sebagai Ilmu Kealaman (Natural Science) atau disingkat Science/Sains. Natural Science merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang gejala-gejala Alam Semesta, termasuk di planet bumi, sehingga terbentuklah konsep serta teori dan prinsip ilmu alamiah. Ciri khas natural science adalah penggunaan metode ilmiah dalam penggalian teorinya.


Ilmu Sosial Dasar adalah pengetahuan yang menelaah masalah-masalah sosial, dengan menggunakan pengertian-pengertian berupa fakta, konsep maupun teori yang berasal dari berbagai bidang ilmu pengetahuan keahlian dalam lapangan ilmu-ilmu sosial seperti geografi sosial, sosiologi, antropologi sosial, ilmu politik, ekonomi, psikologi sosial, dan sejarah.


2.2 Sifat-sifat dan asumsi dasar ilmu


Ilmu bertujuan untuk menjelaskan segala yang ada dialam semesta ini. Untuk menjelaskan itu, ilmu memiliki sifat dan asumsi dasar. Perkembangan ilmu kemudian didasarkan atas sifat dan asumsi dasar tersebut.


Ada tiga sifat dasar yang melekat pada ilmu (Soetriono dan ARDm Rita Hanafie, 2007:140) yaitu :


1. Ilmu menjelajah dunia empirik tanpa batas sejauh dapat ditangkap oleh panca indera (dan indera lain yang mungkin ada)


2. Tingkat kebenarannya relatif dan tidak sampai kepada tingkat kebenaran yang mutlak


3. Ilmu menemukan proposisi-proposisi (hubungan sebab akibat) yang teruji secara empirik.


Mengacu pada ketiga sifat dasar di atas, dapat dikemukakan tiga asumsi dasar ilmu, yaitu :


1. Dunia ini ada (manipulable)


2. Fenomena yang ditangkap oleh indera manusia berhubungan satu sama lain


3. Percaya akan kemampuan indera yang menangkap fenomena itu


4. Ilmu adalah pengetahuan yang sistematik


Ilmu identik dengan dunia ilmiah, karenanya ilmu mengidentifikasikan tiga ciri yaitu “ilmu harus merupakan suatu pengetahuan yang didasarkan pada logika”,”terorganisasikan secara sistematis”,dan”berlaku secara umum”.


Demikianlah sifat-sifat dan asumsi dasar ilmu yang mendasari perkembangan ilmu pengetahuan.


2.3 Komponen-komponen pembangun ilmu


Komponen ilmu yang hakiki adalah fakta dan teori. Komponen lainnya adalah fenomena dan konsep (Soetriono dan SRDm Rita Hanafie, 2007:1420 .Fenomena yang ditangkap oleh indera manusia diabstraksikan dengan sejumlah konsep. Konsep sendiri merupakan simbol-simbol yang mengandung pengertian singkat dari fenomena. Jadi, konsep merupakan penyederhanaan dari fenomena.Konsep yang semakin mendasar akan sampai pada variabel. Variabel merupakan sifat atau jumlah yang mempunyai nilai kategorial, baik kualitatif maupun kuantitatif. Semakin berkembangnya suatu ilmu maka semakin berkembang pula konsep-konsepnya untuk sampai pada variabel-variabel dasar.Melalui penelaahan yang terus menerus , ilmu akan sampai pada hubungan-hubungan yang merupakan hasil akhir dari ilmu. Hubungan-hubungan yang didukung oleh data empirik itu disebut dengan fakta. Dan ujungnya, ilmu merupakan fakta dan jalinan fakta secara utuh membentuk teori.


2.4 Linkage Proposition


Seperti telah dijelaskan dalam sub point 2.3, Soetriono dan SRDm Rita Hanafie (20017:142) mengemukakan bahwa teori adalah seperangkat konsep, definisi, dan proposisi-proposisi yang berhubungan satu sama lain yang menunjukkan fenomena secara sistematis dan bertujuan untuk menjelaskan dan meramalkan fenomen-fenomena.


Proposisi-proposisi yang dimaksud tampak dalam tabel berikut ini :


No


Proposisi
Bentuk
Contoh
1
Jenis
X adalah Jenis Y
Pacaran adalah Masalah Sosial Pelajar
2
Ruang
X adalah tempat Y
Internet adalah tempat siswa mendapatkan informasi sexual education

3
Sebab akibat
X akibat dari Y
Prestasi Siswa terpengaruh oleh Masalah sosial pelajar
4
Lokasi untuk melakukan sesuatu
X merupakan tempat untuk melakukan Y
Sekolah merupakan tempat pembentukan nilai moral dan norma pelajar
5
Cara mencapai tujuan
X merupakan cara untuk mencapai tujuan

Nilai moral solihah adalah cara mencapai prestasi yang diinginkan

Soal Filsafat Ilmu :

1. Jelaskan apa yang saudara fahami tentang filsafat ilmu dan jelaskan juga mengapa filsafat dipelajari untuk memahami suatu ilmu tertentu (mis. Kesehatan Masyarakat)!

2. a. Jelaskan dan berilah contoh bahwa dengan kemampuan penalaran manusia dapat melakukan berbagai bidang kehidupan dengan pola perubahan yang bersifat progress of change!

b. Jelaskan dan berikan contoh-contohnya apa yang dimaksud dengan penalaran ilmiah dan non-ilmiah

3. a. Berilah contoh logika berpikir deduktif dan induktif dalam konteks Kesmas!

b. Jelaskan dan berikan contoh cara manusia memperoleh pengetahuan melalui cara pengalaman sehari-hari!

4. Menurut teori kebenaran pragmatis “hakekat kebenaran bersifat relative atau nisbi”. Jelaskan maksud pernyataan tersebut dan berilah contohnya!

5. a. Salah satu hakikat ilmu pengetahuan (science) tidak bersinggungan dengan hal-hal yang bersifat gaib dan berdasarkan data-data empiris. Jelaskan hakikat tersebut dan berikan contoh!

b. Jelaskan apa yang dimaksud dengan obyek khusus pengetahuan dan berikan contoh obyek khusus tersebut yang berkaitan dengan ilmu eksak dan sosial!


Jawab :


1. Filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat pengetahuan (epistomologi) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu, meneliti tentang apa yang memungkinkan ilmu-ilmu itu terjadi dan berkembang. Filsafat ini menggali faham tentang kebenaran, kepastian dan tahap-tahapnya, objektivitas, abstraksi, intuisi, dan juga pertanyaan mengenai ‘dari mana asal dan ke manakah arah ilmu pengetahuan’.


Dalam suatu bidang seperti Kesehatan Masyarakat, filsafat ilmu sangat diperlukan untuk menganalisis suatu hal yang sedang terjadi. Misalnya mewabahnya penyakit demam berdarah di suatu daerah tertentu. Dengan filsafat ilmu kita mencari tahu apa saja faktor-faktor penyebab demam berdarah tersebut. Apakah di daerah itu terdapat banyak sarang nyamuk Aedes aegypti atau tidak. Dan bagaimana pola hidup warga yang tinggal di tempat tersebut. Sehingga petugas kesehatan bisa menangani masalah tersebut dan memberikan penyuluhan kepada warga dengan tepat supaya terhindar dari demam berdarah.



2. a. Semua orang selalu menginginkan perubahan di dalam kehidupan mereka. Dengan kemampuan penalaran mereka akan memikirkan bagaimana cara membuat sesuatu sehingga bisa merubah kehidupannya. Contohnya perkembangan teknologi sekarang yang semakin maju. Orang yang dulu selalu berjalan kaki untuk mencapai suatu tempat dan memerlukan waktu berhari-hari untuk sampai ke tempat tersebut, pasti memikirkan bagaimana caranya supaya ia bisa mencapai tempat tujuan dengan lebih cepat. Maka dari pemikiran tersebut terciptalah berbagai alat transportasi yang dapat menempuh jarak jauh dan hanya memakan waktu beberapa menit atau jam, seperti motor dan mobil. Atau orang dulu yang harus berkirim surat jika ingin menghubungi kerabatnya dan menunggu beberapa hari hingga suratnya sampai di tempat tujuan, pasti juga berpikir bagaimana supaya ia bisa berkomunikasi dengan lebih cepat. Maka terciptalah sekarang yang kita sebut dengan telepon genggam. Dengan adanya teknologi tersebut, kita jadi bisa melakukan sesuatu dengan lebih cepat dan efisien. Dan pastinya merubah cara hidup orang-orang zaman sekarang.


b. Penalaran ilmiah merupakan suatu kegiatan analisis yang menggunakan logika ilmiah atau suatu pengetahuan yang sudah dipastikan kebenarannya melalui penelitian ilmiah. Seperti bahaya dari merokok. Sudah banyak penelitian yang mengatakan bahwa di dalam rokok terdapat banyak zat-zat berbahaya yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit, salah satunya kanker paru-paru. Tidak hanya bagi perokok aktif, tetapi juga berbahaya bagi orang yang berada di sekitarnya yang juga menghisap asap rokok tersebut, atau bisa dibilang sebagai perokok pasif. Bahkan risiko terjangkitnya penyakit bagi perokok pasif lebih tinggi daripada si penghisap rokok itu sendiri.


Sedangkan penalaran non-ilmiah merupakan cara berpikir yang menggunakan perasaan atau emosi yang sering disebut dengan intuisi. Atau bisa juga pengetahuan yang didapat dari Tuhan yang disebut dengan wahyu. Dengan wahyu maka kita mendapatkan pengetahuan lewat keyakinan (kepercayaan), seperti kita mempercayai bahwa manusia pertama yang diciptakan oleh Allah SWT di bumi adalah Nabi Adam as., yang tercipta dari tanah liat bukan evolusi dari kera.


3. a. Logika berpikir deduktif membantu kita dalam menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual (khusus). Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir silogisme, yaitu dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. Contohnya; berolahraga dapat meningkatkan kebugaran tubuh seseorang. Ayah saya rajin berolahraga setiap hari. Ayah saya memiliki tubuh yang sangat bugar.


Logika berpikir induktif merupakan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Contohnya; adik saya sewaktu masih bayi diberikan ASI eksklusif dan sekarang ia menjadi anak yang sehat. Keponakan saya saat masih bayi juga mendapat ASI eksklusif dan sekarang ia jarang terserang penyakit. Begitu pun adik sepupu saya ketika masih bayi juga diberikan ASI eksklusif, sehingga sekarang ia menjadi anak yang cerdas. Dengan begitu dapat ditarik kesimpulan bahwa ASI eksklusif memberikan banyak manfaat untuk sang anak, yaitu anak memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih kuat sehingga menjadi lebih sehat dan tentunya jarang terserang penyakit, serta ASI juga dapat meningkatkan kecerdasan anak tersebut.


b. Melalui pengalamannya sehari-hari manusia bisa mendapatkan suatu pengetahuan baru bagi mereka, baik secara individu maupun secara kelompok. Cara seperti ini biasanya tanpa bimbingan, oleh karena itu sering disebut trial and error (coba dan salah dan coba lagi). Contohnya saja buat seseorang yang memiliki rumah jauh dari tempatnya bekerja. Jika ia menggunakan angkutan umum, ia harus berangkat lebih pagi agar tidak terlambat. Kalau ia berangkat sedikit lebih lambat dari waktu yang biasanya, pasti ia akan terjebak macet dan bisa dipastikan ia tidak akan bisa sampai tempat kerja tepat waktu. Dari pengalaman sehari-harinya itu, ia jadi mengetahui jam berapa seharusnya ia berangkat agar tidak terjebak macet dan datang terlambat di tempat kerja.


4. Dalam teori pragmatis, kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Artinya, suatu pernyataan adalah benar, jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia. Kebenaran pragmatis sangat tergantung oleh kondisi tempat dan waktu, misalnya saja kebenaran tentang perkawinan di Negara Barat dan Indonesia. Di luar negeri pasangan yang belum menikah dibenarkan untuk tinggal bersama. Di sana tidak ada hukum yang mengharuskan mereka untuk menikah terlebih dahulu sebelum tinggal bersama dan memiliki anak. Sedangkan di Indonesia hal yang seperti itu dianggap tidak benar. Terlebih lagi dalam pandangan Islam, perbuatan tersebut dianggap sebagai zina. Laki-laki dan perempuan harus menikah secara resmi dahulu baru dianggap benar untuk tinggal bersama dan memiliki keturunan. Karena sesuatu yang dianggap benar di satu tempat, belum tentu benar di tempat lainnya.

5. a. Alam gaib dalam kehidupan masyarakat awam selalu dikaitkan dengan fenomena-fenomena mistik dan kekuatan supernatural. Di seluruh penjuru dunia hal seperti ini sudah tidak asing lagi. Misalnya saja orang-orang yang membuat sesajen dan diletakkan di pohon-pohon besar. Mereka percaya bahwa pohon-pohon tersebut ada penunggunya dan bisa mengabulkan apa yang mereka inginkan jika diberikan sesajen. Padahal kalau dipikir secara logika, hal tersebut tidak masuk akal. Secara ilmu pengetahuan, pohon-pohon itu hanya terdiri dari daun, ranting, batang, akar, dan zat-zat kimia-biologi lainnya. Tidak mungkin zat-zat tersebut bisa mengabulkan permintaan seseorang. Selain itu, sesajen yang mereka percaya dimakan oleh sang penunggu, kemungkinan besar dihabiskan oleh hewan-hewan liar yang ada di sekitar pohon tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan tidak bersinggungan dengan alam gaib yang masih dipercaya oleh masyarakat awam.


b. Objek khusus pengetahuan adalah sasaran pokok dari suatu analisis yang dihadirkan dalam suatu pemikiran atau penelitian. Dalam ilmu alam, misalkan ilmu biologi objek khususnya adalah makhluk hidup, ilmu kimia objek khususnya adalah substansi zat, fisika objeknya adalah benda secara fisik dan non fisik, serta astronomi adalah benda-benda langit. Sedangkan dalam ilmu sosial, seperti sosiologi objek khususnya adalah interaksi sosial manusia, antropologi objek khususnya adalah manusia dan budaya, psikologi objeknya adalah mental dan kelakuan manusia, serta ekonomi adalah manusia dan kebutuhan hidupnya.


1. Ontologis : Objek yang ditelaah ilmu.


Epistemologis : Proses ditimbanya ilmu pengetahuan.


Aksiologis : Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dimanfaatkan


2. Berfilsafat berarti berrendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesmestaan yang seakan tak terbatas. Demikian juga berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian berterus-terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah kita jangkau.


3. Pandangan filsafat tentang kebenaran adalah sesuatu yang fakta yang dapat dierima dalam akal pikiran manusia,kriterianya fakta,kebenaran,konfirmasi,logika inferensi.


4. Perbedaanya adalah jika dari segi Iptek kebenaran baik adalah sesuatu yang benar menurut fakta dan pemikiran sedangkan dari agama kebenaran baik adalah sesuatu hal yang tidak melanggar nilai nilai dan norma keyakinan dalam agama.


5. Perbedaan Logika dan Penalaran


· Logika merupakan cara berpikir secara luas dengan menggunakan rasio


Contoh : hasli pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan lewat bahasa.


· Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.


Contoh :penalaran induktif dan deduktif


6. Penjelasan yang bersifat rasional dengan kriteria kebenaran koherensi berkaitan dengan cara berpikir deduktif, sedangkan penjelasan dengan teori korespondensi berhubungan dengan cara berpikir induktif.


7. Pahan Empirisme dan Rasionalisme


· Mereka yang berpendapat bahwa rasio adalah sumber kebenaran adalah pengikut faham RASIONALISME.


Contoh :


· mereka yang menyatakan bahwa fakta yang lewat pengalaman manusia merupakan pengikut faham EMPIRISME


Contoh :


8. Pada fase teologis dan metafisik, manusia berada dalam emosional subyektif yang penuh dengan mitos dan absurd,sedangkan fase positif manusia mulai berfikir cara yang rasional obyektif.


9. Pengertian otoritas atau otonomi keilmuan, yaitu wewenang yang dimiliki seorang ilmuwan untuk mengembangkan disiplin ilmunya tanpa campur tangan pihak lain.


10. setiap ilmu akan menghadapi problematika yang tidak mungkin dapat diselesaikan dengan ilmunya sendiri. Jadi sesugguhnya ilmu-ilmu di dunia ini adalah Saling Berkaitan satu sama lain.


11. Terminologi aliran filsafat


· Monisme: Aliran yang menyatakan hanya ada satu kenyataan fundamental.


· Dualisme: Menyatakan ada dua substansi yang masing-masing berdiri sendiri.


· Pluralisme (serba banyak): Aliran yang tidak mengakui satu substansi dan dua substansi tetapi banyak substansi.


12. Karena sebagai jembatan yang menghubungkan berbagai ragam dan cabang ilmu hal tersebut menunjukkan bahwa belajar filsafat berarti mengakui peran dan arti penting di luar ilmu yang ia kuasai hal tersebut dinamakan multidisipliner.


13. Karena Dengan Bahasa, manusia mengembangkan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya.


14. Peran fungsi bahasa terhadap iptek


· lewat bahasa manusia menyusun sendi-sendi yang membuka rahasia alam dalam berbagai teori elektronik, relativitas, dan quantum. pengetahuan adalah kekuasaan dengan kekuasaan manusia mencoba memahami hidupnya dan manusia tidak mau lagi dikuasai oleh alam, dia ingin berbalik menguasainya.


15. Hubungan bahasa dan pikiran adalah saling terkait dan tidak dapat dipisahkan, lebih dulu bahasa


· Contohnya : dengan adanya bahasa maka manusia dapat berpikir mengenai suatu objek tertentu meskipun objek tersebut secara faktual tidak berada di mana suatu kegiatan berpikir dilakukan yaitu dengan menggunakan symbol.


16. Tidak setuju karena sangat perlu dimasukkannya pertimbangan-pertimbangan nilai-nilai etik dan kesusilaan untuk melengkapi pertimbangan-pertimbangan bahwa ilmu pengetahuan harus gayut nilai dan taat nilai dan perlu diketahui ilmu pengetahuan memang mempunyai otonomi tetapi bukan berarti bebas nilai.


17. akhir ilmu pengetahuan akan menemukan apa yang aku benar tentang dunia. aktivitas ilmu pengetahuan adalah arahkan pada mencari kebenaran, dan it dihakimi oleh ukuran menjadi benar kepada fakta.


18. Hubunganya adalah Filsafat sebagai metode cara berpikir secara reflektif (mendalam), penyelidikan yang menggunakan alasan, berpikir secara hati-hati dan teliti secara inclusive(secara luas) dan sypnoptic(secara garis besar),sama-sama menganalisa suatu permasalahan.


19. Dengan adanya penelitian maka kita dapat merancang perkembangan ilmu pengetahuan dan menciptakan teknologi yang lebih maju,sebelum adanya perkembangan pastilah ada penelitian.


20. Hipotesis adalah penjelasan yang rasional terhadap permasalahan yang dihadapi,jika hipotesis kita ditolak maka kita membuat metode ilmiah yang baru.



Kisi-kisi SOAL MATAKULIAH FILSAFAT ILMU
Terangkan, apa yang dimaksud dengan FILSAFAT?
Sebut dan terangkan OBYEK MATERIAL dan OBYEK FORMAL dari filsafat!
Terangkan perbedaan antara manusia dengan hewan dalam hal kemampuan BERPIKIR dan BERILMU!
Apakah filsafat diperlukan bagi kehidupan manusia? Jelaskan!
Terangkan perbedaan antara FAKTA, KONSEP, GENERALISASI dan TEORI!
Jelaskan apa yang dimaksud dengan ASUMSI dan apa perlunya dalam suatu aktivitas ilmiah? Lengkapi jawaban Anda dengan contoh!
Terangkan, apa saja yang menjadi ciri dari SIKAP ILMIAH, serta jelaskan SIKAP apa yang paling penting untuk dimiliki oleh seseorang yang sedang menuntut ilmu!
Terangkan, apa yang dimaksud dengan PARADIGMA keilmuan sebagaimana diterangkan oleh Thomas Kuhn dalam bukunya The Structure of Scientific Revolution?
Jelaskan dampak dari perkembangan ilmu yang tidak memperhatikan dimensi ETIKA?
Terangkan, apa yang dimaksud dari aspek-aspek ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, dan AKSIOLOGI dari suatu ilmu? Perkuat jawaban Anda dengan contoh.
Terangkan dengan bahasa Anda sendiri manfaat mempelajari filsafat ilmu, dan bagaimana aplikasinya bagi kehidupan Anda?
Terangkan ISI RINGKAS dari salah satu buku Filsafat Ilmu yang Anda miliki/baca!


Jawaban Saya :


1. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.


2. Obyek material adalah apa yang dipelajari dan dikupas sebagai bahan (materi) pembicaraan. Objek material adalah objek yang di jadikan sasaran menyelidiki oleh suatu ilmu, atau objek yang dipelajari oleh ilmu itu. Objek material filsafat illmu adalah pengetahuan itu sendiri, yakni pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) pengetahuan yang telah di susun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya secara umum.


Obyek formal adalah cara pendekatan yang dipakai atas obyek material, yang sedemikian khas sehingga mencirikan atau mengkhususkan bidang kegiatan yang bersangkutan. Jika cara pendekatan itu logis, konsisten dan efisien, maka dihasilkanlah sistem filsafat ilmu.


3. Hakekat manusia adalah sebagai berikut :


· Makhluk yang memiliki tenga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.


· Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan social yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.


· Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.


· Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati


· Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas


· Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.


· Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.


4. Dalam kehidupan, manusia harus mengenal filsafat agar hidup bisa lebih terarah dan tujuan hidup bisa tercapai dengan baik serta sempurna.


5. Fakta : hal (keadaan, peristiwa) yg merupakan kenyataan; sesuatu yg benar-benar ada atau terjadi


Konsep : rancangan atau buram surat dsb; 2 ide atau pengertian yg diabstrakkan dr peristiwa konkret: satu istilah dapat mengandung dua -- yg berbeda; Ling gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yg ada di luar bahasa, yg digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain


Generalisasi : Adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual (khusus) menuju kesimpulan umum yang mengikat selutuh fenomena sejenis dengan fenomena individual yang diselidiki.


Teori : pendapat yg didasarkan pd penelitian dan penemuan, didukung oleh data dan argumentasi


6. Asumsi : dugaan yg diterima sbg dasar


Asumsi-asumsi yang melatarbelakangi berbagai metode yang dipergunakan dalam aktivitas ilmiah. Asumsi-asumsi yang dimaksud adalah pendirian atau sikap yang akan dikembangkan para ilmuwan maupun peneliti di dalam kegiatan ilmiah mereka.


7. • Keinginan mengetahui dan memahami.


• Kecondongan bertanya mengenai semua hal


• Kecondongan mencari data dan makna


• Kecondongan menuntut suatu pengujian


• Kecondongan memeriksa pangkal pikir,


• menyelidiki kesalahan atau kebenaran, dan kesimpulan logis.


• Penghargaan terliadap logika


1. Rasa Ingin Tahu yang Tinggi


Seorang peneliti harus selalu memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap objek yang terdapat di lingkungannya (peduli terhadap lingkungannya).


2. Jujur

Seorang peneliti harus dapat menerima apa pun hasil penelitiannya, dan tidak boleh mengubah data hasil penelitiannya.


3. Objektif


Seorang peneliti dalam mengemukakan hasil penelitiannya tidak boleh dipengaruhi oleh perasaan pribadinya, tetapi harus berdasarkan kenyataan (fakta) yang ada.


4. Berpikir secara Terbuka


Seorang peneliti mau menerima kritik dari orang lain, dan mendengarkan pendapat orang lain.


5. Memiliki Kepedulian


Seorang peneliti mau mengubah pandangannya ketika menemukan bukti yang baru.


6. Teliti


Seorang peneliti dalam melakukan penelitian harus teliti dan tidak boleh melakukan kesalahan, karena dapat mempengaruhi hasil penelitiannya.


7. Tekun


Seorang peneliti harus tekun dan tidak mudah putus asa jika menghadapi masalah dalam penelitiannya.


8. Berani dan Santun

Seorang peneliti harus berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi.


8. Beberapa pengertian paradigma :


Cara memandang sesuatu


Dalam ilmu pengetahuan : model, pola, ideal. Dari model-model ini fenomena yang dipandang, dijelaskan


Dasar untuk menyeleksi problem-problem dan pola untuk memecahkan problem-problem riset [5]


Paradigma merupakan konstruk berpikir yang mampu menjadi wacana untuk temuan ilmiah : yang dalam konseptualisasi Kuhn : menjadi wacana untuk temuan ilmiah baru.


Jadi dapat disimpulkan bahwa paradigma dapat kita gunakan di dalam ilmu sebagai model, contoh, pola yang dapat dijadikan dasar untuk menyeleksi berbagai problem-problem serta pola-pola untuk mencari dan menemukan problem-problem yang ada di dalam ilmu pengetahuan untuk memecahkan problem-problem riset. Jadi secara singkat pengertian paradigma adalah keseluruhan konstelasi kepercayaan, nilai dan teknik yang dimiliki suatu komunitas ilmiah dalam memandang sesuatu (fenomena). Paradigma membantu merumuskan tentang apa yang harus di pelajari, persoalan apa yang harus dijawab dan aturan apa yang harus di ikuti dalam menginterprestasikan jawaban yang diperoleh.

9. Penerapan dari ilmu membutuhkan dimensi etika sebagai pertimbangan dan yang mempunyai pengaruh pada proses perkembangannya lebih lanjut. Tanggung jawab etika menyangkut pada kegiatan dan penggunaan ilmu. Dalam hal ini pengembangan ilmu pengetahuan harus memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, keseimbangan ekosistem, bersifat universal dan sebagainya, karena pada dasarnya ilmu pengetahuan adalah untuk mengembangkan dan memperkokoh eksistensi manusia dan bukan untuk menghancurkannya. Penemuan baru dalam ilmu pengetahuan dapat mengubah suatu aturan alam maupun manusia. Hal ini menuntut tanggung jawab etika untuk selalu menjaga agar yang diwujudkan tersebut merupakan hasil yang terbaik bagi perkembangan ilmu dan juga eksistensi manusia secara utuh.


Suatu penemuan ilmiah selalu dimulai dengan berbagai penemuan ilmiah yang sebelumnya. Yang berarti bahwa, suatu penemuan ilmiah mendorong untuk dilakukan penelitian lebih lanjut, atau membuka peluang bagi penemuan ilmiah yang lainnya. Demi tujuan popularitas dan ketenaran dalam waktu secepat mungkin, tidak sedikit dalam waktu sejarah penelitian ilmiah terjadi plagiasi, atau bahkan lebih parah dari pada plagiasi, pengetikan ulang hasil penelitian orang lain. Plagiasi ilmu jelas merupakan suatu perbuatan ilmiah yang sama sekali tidak etis, yakni ketidak jujuran ilmiah.


Ilmuwan dituntut lebih pada perilaku etisnya dalam berilmu daripada rumusan penemuan ilmiah. Rumusan penemuan ilmiah tidak akan dilahirkan secara murni dan original, apabila orang mengklim hasil penemuan ilmiah orang lain sebagai hasil penemuan ilmiahnya. Oleh karena itu, syarat-syarat etis sebagai ilmuan adalah berlaku jujur dan fair dalam penelitian ilmiah, memposisikan keunikan penelitian dengan menelusuri penelitian-penelitian yang sudah ada sebelumnya, tidak melakukan klaim bahwa penemuan ilmiahnya adalah satu-satunya teori yang harus diikuti karena setiap penemuan ilmiah dimungkinkan mengandung kesalahan, dan tidak menafsirkan data-data penelitian seenaknya sendiri menurut kepentingan pribadi semata dengan mengorbankan kepentingan objek ilmiahnya.


Yang terpenting dari sebuah nilai adalah bukan nilai, melainkan kebenaran. Sehingga dalam kaitan ini, etika sebenarnya tidak termasuk dalam kajian ilmu dan juga anak kandungnya teknologi secara langsung yang bersifat otonom. Namun demikian, dalam aspek penggunaan atau penerapan ilmu dan teknologi untuk kepentingan kehidupan manusia dan ekologi, etika memiliki peran yang sangat menentukan tidak hanya bagi perkembangan ilmu dan teknologi selanjutnya, tetapi juga bagi keberlangsungan eksistensi manusia dan ekologi. Dengan demikian, etika lebih merupakan suatu dimensi pertanggungjawaban moral dari ilmu.


10. Ontologi berasal dari bahasa Yunani yang artinya ilmu tentang yang ada. Sedangkan, menurut istilah adalah ilmu yang membahas sesuatu yang telah ada, baik secara jasmani maupun secara rohani.Setiap ilmuan memiliki asumsi sendiri-sendiri untuk menanggapi sebuah ilmu dan mereka mempunyai batasan-batasan sendiri untuk menyikapinya. Apabila kita memakai suatu paham yang salah dan berasumsi yang salah, maka kita akan memperoleh kesimpulan yang berantakan.



Aspek estimologi merupakan aspek yang membahas tentang pengetahuan filsafat Misalnya, ditinjau dari segi ilmu teknologi. Teknologi zaman dahulu dan zaman sekarang sangat berbeda jauh. Maka ilmu untuk menyikapi fenomena ini juga akan ikut berkembang dan semakin bertambah.


Aspek aksiologi merupakan aspek yang membahas tentang untuk apa ilmu itu digunakan.


salah satu tanggungjawab seorang ilmuan adalah dengan melakukan sosialisasi tentang menemuannya, sehingga tidak ada penyalahgunaan dengan hasil penemuan tersebut. Dan moral adalah hal yang paling susah dipahami ketika sudah mulai banyak orang yang meminta permintaan, moral adalah sebuah tuntutan.


11. 1. Filsafat menolong mendidik,


2. Filsafat memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan memecahkan persoalan-persoalan dalam hidup sehari-hari.


3. Filsafat memberikan pandangan yang luas


4. Filsafat merupakan latihan untuk berpikir sendiri


5. Filsafat memberikan dasar,-dasar, baik untuk hidup kita sendiri (terutama dalam etika) maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan dan lainnya, seperti sosiologi, Ilmu jiwa, ilmu mendidik, dan sebagainya.

0 comments